Pengamat Kritik Pertemuan Jokowi dengan Relawan saat Dinas
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti
Jakarta, Koridor.co.id - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengkritik pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan relawannya di tengah dinas kenegaraan di Bali.
Pertemuan itu tak membuat netralitas Jokowi dipersoalkan.
Menurut Ray, tidak perlu berbilang tahun, bulan atau minggu untuk melihat apakah Jokowi dapat bersikap netral atau tidak dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 yang akan datang.
"Pertemuan pak Jokowi dengan relawan Pak Jokowi di Bali, Senin, 31 Oktober 2023 adalah sinyal selalu terbuka kemungkinan netralitas presiden dipersoalkan," jelasnya, kepada Koridor pada Rabu (1/11).
Menurutnya, kunjungan Jokowi ke Bali merupakan kunjungan resmi kenegaraan.
Maka sudah jelas, kata dia, semua kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas kenegaraan tidak dapat dibenarkan.
Karena itu, pertemuan Jokowi dengan relawan Jokowi di Bali tersebut tentunya tidak tepat. Atas dasar alasan apapun pertemuan itu tidak dapat dibenarkan.
Sebab, di dalam pertemuan itu, kata Ray, ada pembicaraan soal politik nasional.
Di mana saat ini, Jokowi berhubungan langsung secara emosional dengan perhelatan ini. Yakni dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
"Faktanya, relawan Jokowi sudah menyatakan mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Maka apakah pertemuan itu karena mereka relawan Jokowi atau karena mereka adalah pendukung Prabowo-Gibran," jelas dia.
Di saat yang sama ada penurunan alat peraga sosialisasi (APS) pasangan capres-cawapres tertentu.
Sekalipun tindakan Penjabat (Pj) Bali dapat diperdebatkan, tapi dalam pandangan Ray, menyisakan ruang untuk mempertanyakan mengapa APS harus diturunkan saat yang sama Jokowi bertemu dengan organ relawan Jokowi yang mendukung Prabowo-Gibran.
Jika penurunan APS itu dimaksudkan untuk menjaga suasana netralitas Presiden terjaga, maka kebijakan itu sendiri diabaikan oleh Presiden dengan bertemu relawan pendukung Prabowo-Gibran.
"Maka dasar penurunan APS itu kurang tepat," kata dia.
Ia berharap agar sikap dan laku netral Presiden tersebut tidak hanya berhenti di meja makan. Tapi benar-benar terlihat di dalam tindakan sehari-hari.
Menurut dia, amat penting bagi bangsa ini menjaga agar Jokowi benar-benar dapat bersikap netral.
Sebab sukses pemilu/pilpres bukan saja karena aturan dijalankan, tapi juga tergantung pada kepercayaan masyarakat atas prosesnya.
Ray menegaskan mengelola pemilu/pilpres itu berdasar kepercayaan. Bila masyarakat memiliki keraguan atas prosesnya, hal itu bisa mengundang delegitimasi atas hasilnya.
Oleh karena itu, kata dia, LIMA Indonesia mendorong Bawaslu agar menyoroti peristiwa di atas. Apakah pertemuan presiden Jokowi dengan relawan Jokowi yang mendukung Prabowo-Gibran dapat dibenarkan atau tidak.
"Apakah di dalamnya semata mendiskusikan hal umum, atau juga hal-hal yang berkaitan dengan seluk beluk pencalonan pasangan tertentu," pungkas Ray. (Pizaro Gozali)
